Peran Negara pada Pembangunan Ekonomi


Ekonomi menjadi pondasi utama pada kemajuan dari suatu negara, ketika negara memiliki pondasi ekonomi yang kuat kemungkinan runtuhnya politik negara tersebut semakin kecil. Pada dasarnya konflik internal yang hadir di beberapa negara, disebabkan oleh masalah ekonomi yang tidak kunjung usai. Masalah ekonomi akan membawa negara pada berbagai  macam krisis, ketika krisis tersebut telah mengancam kelangsungan hidup masyarakatnya maka mereka akan menggunakan kekuatan politik untuk mengakhiri pemerintahan negaranya. Dengan kata lain, permasalahan ekonomi akan memberikan efek domino pada kelangsungan suatu pemerintahan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang kuat menjadi modal infrastruktur masa depan suatu negara. Kemajuan suatu negara dapat diukur melalui seberapa maju pemerataan pembangunan infrastruktur yang dilakukan. Pemerataan infrastruktur dilakukan untuk memimalkan ketimpangan penggunaan fasilitas yang berbeda-beda di setiap daerah. Persoalan ekonomi juga menyangkut pemenuhan hak yang diterima setiap masyarakat di suatu negara, tingkat pemerataan fasilitas serta infrastruktur merupakan salah satu efek panjang dari perekonomian negara.
                Pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan oleh suatu negara melalui strategi-strategi ekonomi yang terbaik, hal itu disebabkan untuk mempertahankan tingkat ekonomi negaranya telah banyak upaya yang harus dilakukan oleh suatu negara. Memasuki tahun 2019, hampir seluruh negara telah mencoba untuk terjun memasuki zona pasar bebas. Pasar bebas akan memberikan sebuah kesempatan bagi produk-produk lokal untuk dapat bersaing dengan produk domestik, hal tersebut akan memberikan dampak yang baik bagi perekonomian negara dan juga perkembangan produsen-produsen produk lokal. Akan tetapi, disisi lain pasar bebas juga dapat memberikan dapat yang buruk bagi perekonomian nasional, produk-produk asing mengisi pasar lokal. Produk asing pada umunya memiliki kualitas yang hampir serupa dengan produk lokal namun hadir dengan harga yang jauh lebih murah. Masalah lain yang sering timbul pada kegiatan perdagangan pasar bebas yakni modal yang harus dimiliki oleh produsen lokal, selain sebagai modal untuk pembelian bahan baku atau modal produksi, produsen lokal memerlukan modal untuk melakukan ekspor. Tarif ekspor yang cukup besar dapat memangkas pendapat produsen lokal yang biasanya termasuk “Infant Indutries”, dalam menangani masalah tersebut negara telah mengeluarkan strategi “Subsidi Ekspor”. Subsidi ekspor adalah kebijakan pemerintah yang ingin mendorong ekspor barang dan mengurangi penjualan barang di pasar domestik dengan menggunakan pembayaran langsung, pinjaman berbunga rendah, keringanan pajak untuk pengekspor, atau iklan di negara lain yang didanai oleh pemerintah. Indonesia menjadi salah satu negara yang menerapkan strategi subsidi ekspor, dalam rangka mendorong perluasan pasar ekspor nasional, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) akan memberikan subsidi modal sebesar US$ 1.000 atau Rp 13,18 juta (estimasi kurs 13.189 per dolar AS) bagi para eksportir dalam negeri.
                Negara harus siap merumuskan berbagai macam strategi ekonomi untuk diterapkan di negaranya, terutama bagi negara berkembang yang rawan terhadap krisis dan persaingan yang sulit dipasar bebas. Pemerintah negara berkembang dapat membuka lahan investasi bagi negara-negara maju untuk mendapatkan modal dalam melakukan peningkatan perekonomian. Sektor pariwisata dapat menjadi sebuah upaya untuk mendapat modal, sektor pariwisata dapat menjadi sektor yang menjanjikan bagi negara-negara tujuan wisatawan. Parawisata dapat memberikan dampak yang baik bagi peningkatan ekonomi, hal ini disebabkan pariwisata  memiliki “multiplier effect’ yakni dapat mendorong tempat kuliner, penginapan, sektor ekonomi sekitar wilayah destinasi wisata tersebut. Negara dapat melakukan promosi pariwisata kekayaan alam serta keindahaan alam yang dimiliki negaranya. Indonesia merupakan salah destinasi utama bagi para wisatawan asing yang ingin merasakan surga tropis Asia tenggara, data World Bank mencatat hanya dengan investasi di industri pariwisata sebesar US$1 juta mampu menyumbang 170% dari PDB. Ini merupakan dampak ikutan tertinggi suatu industri kepada negaranya. Sebab, industri pariwisata mampu menggerakkan usaha kecil menengah seperti kuliner, cinderamata, transportasi dan lainnya (kap.go.id : 2017).

Model Proses Perangkat Lunak

   




1.  Model Waterfall

      Model Waterfall (Model Pengembangan Air Terjun) atau Sekuensial Linier, merupakan model pengembangan perangkat lunak paling tua, dan paling banyak dipakai. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh tahapan analisis, desain , kode, pengujian, dan pemeliharaan.
Berikut Merupakan Tahapan – tahapan Pengembangan  Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model :
·         Rekayasa dan pemodelan sistem/informasi
Langkah pertama dimulai dengan membangun keseluruhan elemen sistem dan memilah bagian-bagian mana yang akan dijadikan bahan pengembangan perangkat lunak, dengan memperhatikan hubungannya dengan Hardware, User, dan Database.
·         Analisis kebutuhan perangkat lunak
Pada proses ini, dilakukan penganalisaan dan pengumpulan kebutuhan sistem yang meliputi Domain informasi, fungsi yang dibutuhkan unjuk kerja/performansi dan antarmuka.  Hasil penganalisaan dan pengumpulan tersebut didokumentasikan dan diperlihatkan kembali kepada pelanggan.
·         Desain
Pada proses Desain, dilakukan penerjemahan syarat kebutuhan sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuatnya proses pengkodean (coding). Proses ini berfokus pada  struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail algoritma prosedural.
·         Pengkodean
Pengkodean merupakan proses menterjemahkan perancangan desain ke bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, dengan menggunakan bahasa pemrograman.
·         Pengujian
Setelah Proses Pengkodean selesai, dilanjutkan dengan proses pengujian pada program perangkat lunak, baik Pengujian logika internal, maupun Pengujian eksternal fungsional untuk memeriksa segala kemungkinan terjadinya kesalahan dan memeriksa apakah hasil dari pengembangan tersebut sesuai dengan hasil yang diinginkan.
·         Pemeliharaan
Proses Pemeliharaan erupakan bagian paling akhir dari siklus pengembangan dan dilakukan setelah perangkat lunak dipergunakan. Kegiatan yang dilakukan pada proses pemeliharaan antara lain :
·         Corrective Maintenance : yaitu mengoreksi apabila terdapat kesalahan pada perangkat lunak, yang baru terdeteksi pada saat perangkat lunak dipergunakan.
·         Adaptive Maintenance : yaitu dilakukannya penyesuaian/perubahan sesuai dengan lingkungan yang baru, misalnya hardware, periperal, sistem operasi baru, atau sebagai tuntutan atas perkembangan sistem komputer, misalnya penambahan driver, dll.
·         Perfektive Maintenance : Bila perangkat lunak sukses dipergunakan oleh pemakai. Pemeliharaan ditujukan untuk menambah kemampuannya seperti memberikan fungsi-fungsi tambahan, peningkatan kinerja dan sebagainya.

  • ·         Kelebihan Model Waterfall / Sekuensial Linear  :

  1.       Tahapan proses pengembangannya tetap (pasti), mudah diaplikasikan, dan prosesnya teratur.
  2.      Cocok digunakan untuk produk software/program yang sudah jelas kebutuhannya di awal, sehingga minim kesalahannya.
  3.    Software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan kualitas yang baik.
  4.    Documen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya.

  • ·         Kekurangan Model Waterfall Development / Sekuensial Linear :

  1.       Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial seperti diusulkan, sehingga perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapatkan tim pengembang harus diubah kembali/iterasi sering menyebabkan masalah baru.
  2.    Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses.
  3.    Sulit untuk mengalami perubahan kebutuhan yang diinginkan oleh customer/pelanggan.
  4.    Pelanggan harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap per tahap, dan proses pengerjaanya akan berlanjut ke setiap tahapan bila tahap sebelumnya sudah benar-benar selesai.
  5.    Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung tim pengembang yang sedang membuat produk.
  6.     Adanya waktu kosong (menganggur) bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.

  • ·         Contoh Penerapan dari Pengembangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model

Contoh dari penerapan model pengembangan ini adalah pembuatan program pendaftaran online ke suatu Instansi Pendidikan. Program ini akan sangat membantu dalam proses pendaftaran, karena dapat meng-efektifkan waktu serta pendaftar tidak perlu repot-repot langsung mendatangi Instansi Pendidikan. Teknisnya adalah sebagai berikut :
·         Sistem program untuk pendaftaran dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP, dengan Sistem Database yang dibuat menggunakan MySQL, dan diterapkan (diaplikasikan) pada PC (personal computer) dengan sistem operasi berbasis Microsoft Windows, Linux, dan sebagainya.
·         Setelah program selesai dibuat dan kemudian dipergunakan oleh user, programmer akan memelihara serta menambah atau menyesuaikan program dengan kebutuhan serta kondisi user.

2.  Model Rapid Application Development (RAD)


      Rapid Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen.
Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Rapid Application Development (RAD), yaitu :
·         Bussiness Modeling
Fase ini untuk mencari aliran informasi yang dapat menjawab pertanyaan berikut:
·         Informasi apa yang menegndalikan proses bisnis?
·         Informasi apa yang dimunculkan?
·         Di mana informasi digunakan ?
·         Siapa yang memprosenya ?
·         Data Modeling
Aliran informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase bussiness modeling disaring ke dalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut. Karakteristik (atribut) masing-masing objek diidentifikasi dan hubungan antar objek-objek tersebut didefinisikan.
·         Proses Modeling
Aliran informasi yang didefinisikan di dalam fase data modeling ditransformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi bisnis. Gambaran pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus, atau mendapatkan kembali sebuah objek data.
·         Aplication Generation
Selain menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga, RAD juga memakai komponen program yang telah ada atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi. Ala-alat bantu bisa dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.
·         Testing dan Turnover
Karena proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, banyak komponen program telah diuji. Hal ini mengurangi keseluruhan waktu pengujian. Tetapi komponen baru harus diuji dan semua interface harus dilatih secara penuh.
-RAD sangat tepat diterapkan untuk sistem yang telah jelas dan lengkap kebutuhannya, di mana terdapat komponen-komponen yang dapat dipakai kembali dalam proyek yang berskala kecil dengan waktu pengembangan perangkat lunak yang singkat.

  •           Kelebihan Model RAD :

  1.          Lebih efektif dari Pengembangan Model waterfall/sequential linear dalam menghasilkan sistem yang memenuhi kebutuhan langsung dari pelanggan.
  2.           Cocok untuk proyek yang memerlukan waktu yang singkat.
  3.           Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada sehingga pengembang tidak perlu membuatnya dari awal lagi sehingga waktu pengembangan menjadi lebih singkat dan efisien.

  • ·         Kekurangan Model RAD :

  1. ·         Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di dalam aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.
  2. ·         Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat dimodulkan dengan teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi sangat bermasalah.
  3. ·         RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.
  4. ·         Membutuhkan Tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah proyek dalam skala besar.
  5.          Jika ada perubahan di tengah-tengah pengerjaan maka harus membuat kontrak baru antara pengembang dan pelanggan.

  •      Contoh Penerapan:

             Model RAD mengadopsi model waterfall dan pembangunan dalam waktu singkat      yang dicapai dengan menerapkan :

            1.Component based construction (pemrograman berbasis komponen bukan                       prosedural).
            2. Penekanan pada penggunaan ulang (reuse) komponen perangkat lunak yang                  telah ada.
            3. Pembangkitan kode program otomatis/semi otomatis.
            4. Multiple team (banyak tim), tiap tim menyelesaikan satu tugas yang selevel tapi            tidak sama. Banyaknya tim tergantung dari area dan kompleksitasnya sistem                  yang dibangun.

             Jika keutuhan yang diinginkan pada tahap analisis kebutuhan telah lengkap dan jelas, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan secara lengkap perangkat lunak yang dibuat adalah berkisar 60 sampai 90 hari. Model RAD hampir sama dengan model waterfall, bedanya siklus pengembangan yang ditempuh model ini sangat pendek dengan penerapan teknik yang cepat.

              Sistem dibagi-bagi menjadi beberapa modul dan dikerjakan beberapa tim dalam waktu yang hampir bersamaan dalam waktu yang sudah ditentukan. Model ini melibatkan banyak tim, dan setiap tim mengerjakan tugas yang selevel, namun berbeda. Sesuai dengan pembagian modul sistem.

3. Model V


       Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang yang dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linier, maka dalam model V proses dalikukan bercabang dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap pengujiannya.
 Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap pengujiannya. 

  
Berikut penjelasan masing-masing tahap beserta tahap pengujiannya:

1.  Requirement Analysis & Acceptance Testing
     Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna.
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para pengguna atau tidak.

2.  System Design & System Testing
     Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data, dan yang lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.

3.  Architecture Design & Integration Testing
     Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan digunakan berdasar kepada beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul, ketergantungan tabel dalam basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang dipakai.

4.  Module Design & Unit Testing
Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan dipecah menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program seperti: fungsi dan logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul, dan lain-lain.

5.  Coding
     Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah dibentuk.

  • Kelebihan V Model:

  1. V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan penambahan dan pengurangan method dan tool secara dinamik. Akibatnya sangat mudah untuk melakukan tailoring pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan sangat mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau menghilangkan method dan tool yang dianggap sudah obsolete.
  2. V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V Model berpartisipasi dalam change control board yang memproses semua change request terhadap V Model.

  • Kekurangan V Model:

  1. V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali dalam suatu proyek.
  2. V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam V Model yang digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang termasuk dalam activity tersebut dan apa yang tidak.

  • Contoh Studi Kasus:

Produk negara

Sebuah produk mengalami keadaan yang berbeda selama generasi itu dan pengolahan. Perubahan negara hanya dapat dipicu oleh suatu kegiatan. Dalam skema kegiatan itu dijelaskan apa negara produk memiliki ketika memasuki kegiatan dan ketika ia meninggalkan aktivitas.

Sebuah produk mungkin memiliki negara-negara:

• Direncanakan - produk ini sedang direncanakan. Produk belum ada. Ini adalah keadaan awal dari semua produk.

• Menjadi diproses - produk ini sedang diproses. Hal ini mengendalikan pengembang. Hal ini baik check-out dari perpustakaan produk atau check-in ke perpustakaan produk.

• Dikirimkan - produk adalah dari titik pengembang pandang selesai. Produk ini disampaikan ke QA untuk penilaian. Jika penilaian QA menolak produk itu dikembalikan ke yang Negara diproses jika tidak diterima.

• Diterima - Produk telah diterima oleh penilaian QA dan karena itu dibebaskan. Hal ini dapat hanya dapat dimodifikasi lebih lanjut jika nomor versi diperbarui.


   4.   Model Incremental



      Model Incremental merupakan hasil kombinasi elemen-elemen dari model waterfall yang diaplikasikan secara berulang, atau bisa disebut gabungan dari Model linear sekuensial (waterfall) dengan Model Prototype. Elemen-elemen tersebut dikerjakan hingga menghasilkan produk dengan spesifikasi tertentu kemudian proses dimulai dari awal kembali hingga muncul hasil yang spesifikasinya lebih lengkap dari sebelumnya dan tentunya memenuhi kebutuhan pemakai.
Model ini berfokus pada penyampaian produk operasional dalam Setiap pertambahanya. Pertambahan awal ada di versi stripped down dari produk akhir, tetapi memberikan kemampuan untuk melayani pemakai dan juga menyediakan platform untuk evaluasi oleh pemakai. Model ini cocok dipakai untuk proyek kecil dengan anggota tim yang sedikit dan ketersediaan waktu yang terbatas.
Pada proses Pengembangan dengan Model Incremental, perangkat lunak dibagi menjadi serangkaian increment yang dikembangkan secara bergantian.

  • ·         Kelebihan Model Incremental :

  1. ·         Personil bekerja optimal.
  2. ·         mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel, dengan waktu yang relatif singkat dan tidak dibutuhkan anggota/tim kerja yang banyak untuk menjalankannya.
  3. ·         Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai dibangun. Contohnya pemasukan data karyawan.
  4. ·         Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan menggunakan produknya setiap bagian demi bagian.
  5. ·         Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.

  • ·         Kekurangan Model Incremental :

  1. ·         Tidak cocok untuk proyek berukuran besar (lebih dari 200.000 baris coding).
  2. ·         Sulit untuk memetakan kebutuhan pemakai ke dalam rencana spesifikasi tiap-tiap hasil dari increament.

  • Contoh Penerapan Model Incremental

Perangkat lunak pengolah kata yang dikembangkan dengan menggunakan paradigma pertambahan akan menyampaikan manajemen file, editing, serta fungsi penghasilan dokumen pada pertambahan pertama, dan selanjutnya. Pertambahan pertama dapat disebut sebagai produk inti (core product).  Dan pada pertambahan selanjutnya, produk inti akan dikembangkan terus hingga menghasilkan produk jadi yang siap untuk digunakan/dipasarkan.

5. Model Spiral





      
      Spiral model adalah model proses yang pendekatannya bersifat realistis pada software besar karena proses dari awal sampai proses pengiriman dan perbaikan dapat dipahami dnegan baik oleh clieent dan developer. Model ini mempunyai rangkaian kerja yang iterasi (peningkatan pada model) awal yang berbentuk prototype dan kemudian iterasi selanjutnya akan menjadi perkembangan dari model sebelumnya. Model ini dapat terus digunakan meskipun software sudah dikirimkan karena proses (siklus)dapat berputar lagi jika ada perubahan pada software sampai tidak ada permintaan perupbahan pada software oleh client.

  • Kelebihan model spiral:

  1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang diharapkan oleh client dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk client dalam mencari kekurangan kebutuhan.
  2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
  3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer. 
  4. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
  5. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di dalam evolusi produk.
  6. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke dalam kerangka kerja iteratif.
  7. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius. 

  • Kekurangan model spiral:


  1. Banyak konsumen (Client) tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat dikontrol oleh kedua pihak. Model spiral mempunyai resiko yang harus dipertimbangkan ulang oleh konsumen dan developer.
  2. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya sukses.
  3. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
  4. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
  5. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.

  • Contoh studi kasus:

      Tuan X adalah General Manager A Company, sebuah perusahaan perkapalan yang berbasis di Singapura. Sebagai
perusahaan UKM muda yang terus berkembang, Tuan X menginvestasikan sebagian modal perusahaan untuk promosi di media cetak dan elektronik, serta melatih kemampuan karyawan melalui berbagai kursus. Untuk mendukung kerja karyawan, A Company menggunakan komputer dasar (Basic PC) yang dilengkapi dengan office
software. Seperti kebanyakan UKM lainnya, A Company juga memiliki akses internet yang hanya dapat digunakan
secara terbatas di beberapa PC. A Company memiliki satu buah email resmi yang masih menggunakan domain dari
ISP (Internet Service Provider). Untuk komunikasi dilingkungan karyawan, mereka menggunakan fasilitas
email gratis yang banyak tersedia di internet. Email gratis ini kadang juga digunakan untuk berkomunikasi dengan
supplier dan pelanggan. Sebagai perusahaan UKM yang terus berkembang cepat,
Tuan X mulai berfikir untuk mengembangkan A Company lebih professional. Harapan Tuan X, calon pelanggan
potensial, pelanggan, supplier dan karyawan lebih mengenal A Company. Disisi lain, ia juga berharap agar cara yang
digunakan lebih efisien, hemat biaya, tetapi menampilkan sosok perusahaan yang meyakinkan atau bonafit. Tuan X
meyakini, bahwa berkomunikasi menggunakan alamat email atau domain sendiri; promosi melalui website sendiri; data
yang terintegrasi dan dapat diakses disemua komputer perusahaan akan dapat membawa perusahaan menjadi lebih
profesional. A Company tidak memiliki departemen khusus untuk menangani TI. Untuk mewujudkan keinginannya, Tuan X
meminta bantuan perusahaan khusus TI. Implementasi TI dikerjakan oleh perusahaan TI (sebagai pemenang tender)
dalam jangka waktu kontrak 1 tahun, Dalam proses implementasi, Tuan X menyerahkan tugas dan tanggungjawab
kepada bawahannya. Semua karyawan dilibatkan dalam pertemuan dan diskusi dengan perusahaan
pembangun TI. Dari waktu kontrak 1 tahun yang disepakati, TI yang bisa diimplementasikan adalah pembangunan
jaringan komputer, akses internet, email, dan pembangunan data.

6. Model Prototype



          Pendekatan prototyping model digunakan jika pemakai hanya mendefinisikan objektif umum dari perangkat lunak tanpa merinci kebutuhan input, pemrosesan dan outputnya, sementara pengembang tidak begitu yakin akan efisiensi algoritma, adaptasi sistem operasi, atau bentuk interaksi manusia-mesin yang harus diambil.



  • Kelebihan model prototype:

  1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan 
  2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan 
  3. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya  
  4. User dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem

  • Kekurangan model prototype:

  1. Biaya untuk membuat prototyping cukup tinggi 
  2. Biasanya kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan 
  3. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat 

  • Contoh studi kasus:

     Seorang pelanggan mendefinisikan serangkaian sasaran umum bagi perangkat lunak, tetapi tidak melakukan mengidentifikasi kebutuhan output, pemrosesan, atupun input detail. Pada kasus yang lain, pengembang mungkin tidak memiliki kepastian terhadap efisiensi algoritme, kemampuan penyesuaian dari sebuah sistem operasi,atau bentuk-bentuk yang harus dilakukan oleh interaksi manusia dengan mesin. Dalam hal ini, serta pada banyak situasi yang lain, prototyping paradigma mungkin menawarkan pendekatan yang terbaik.
Prototyping paradigma dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan pelanggan bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari software, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar diman definisi lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Perancangan kilat berfokus pada penyajian dari aspek-aspek software tersebut yang akan nampak bagi pelanggan atau pemakai (contohnya pendekatan input dan format output). Perancangan kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototipe. Prototipe tersebut dievaluasi oleh pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan software. Iterasi terjadi pada saat prototipe disetel untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dan pada saat yang sama memungkinkan pengembang untuk secara lebih baik memahami apa yang harus dilakukannya.


7. Concurrent Development Model 


      Model Concurrent adalah bisa di sebut Concurrent Engineering merupakan model yang dapat direpresentasikan dengan skema sebagai series dari kerangka aktifitas, aksi software engineering dan juga tugas dari jadwal.


Pada model ini aktifitas kerja dilakukan secara bersamaan, setiap proses kerja memiliki beberapa pemicu kerja dari aktifitas. Pemicu dapat berasal dari awal proses kerja maupun dari pemicu yang lain karena setiap pemicu akan saling berhubungan. Misalnya proses desain akan berubah atau dihentikan sementara karena ada perubahan permintaan kebutuhan dari customer.

Concurrent Process Model dapat digambarkan secara skematik sebagai rangkaian dari kegiatan teknis utama, tugas dan hubungan antar bagian. Jadi, pada intinya Metode CDMini suatu skema model yang mengimplementasikan suatu proses kerja yang dilakukan cepat namun dikerjakan secara bersama-sama dan tetap efektif dalam menyelesaikan berbagai penyelesaian masalah sesuai permintaan customer.

Diagram Modeling Activity menunjukkan skematik dari satu aktivitas denganConcurrent Process Model. Aktivitas analisa pada setiap orang mencatat bagian-bagian di setiap waktu sesuai jadwal. Dengan cara yang sama, aktivitas yang lain seperti komunikasi antara customer dapat digambarkan dengan cara yang sama.


  • Kelebihan Model CDM:

  1. Hasil yang di dapat akan menghasilkan suatu sistem yang sangat baik karena terdapat perancangan yang terjadi secara besar dan terencana secara matang.

  • Kekurangan Model CDM : 

  1. Memungkinkan terjadinya perubahan besar-besaran, maka akan membuat biaya dan waktu yang diperlukan membengkak.




Referensi :